Satelit Himawari: Teknologi Meteorologi Canggih dari Jepang

mengenal satelit himawari

Prakiraan cuaca memiliki banyak manfaat bagi manusia. Satelit Himawari memberikan kontribusi besar untuk hal tersebut sejak lama.

Satelit Himawari merupakan bukti bahwa Jepang bukan hanya memiliki teknologi maju dalam bidang transportasi atau robotika.

Produk canggih yang sudah dikembangkan sejak beberapa dekade lalu ini menjadi salah satu satelit dengan manfaat terbesar bagi pengguna data meteorologi. Bahkan, pemerintah Indonesia juga merupakan satu diantara sekian banyak penggunanya.

Kali ini, kami akan mengajak Kamu semua untuk berkenalan lebih jauh dengan Satelit Himawari, meliputi:

  • Sekilas Satelit Himawari
  • Sejarah dan Perkembangan
  • Cara Kerja
  • Kelebihan
  • Produk Satelit Himawari
  • Cara Menggunakan Produk Satelit Himawari

Sekilas Satelit Himawari

Satelit Himawari adalah satelit buatan yang secara khusus difungsikan untuk pengamatan dan prakiraan cuaca. Himawari sendiri dalam bahasa Jepang memiliki arti ‘bunga matahari’.

Japan Meteorological Agency (JMA) adalah lembaga yang mengoperasikan satelit ini untuk berfungsi dari orbit geostasioner.

sekilas satelit

Secara kelembagaan, badan ini berada dalam bagian Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang.

Sebelum Satelit Himawari ada pada 1977, JMA sudah menancapkan eksistensinya sebagai lembaga yang leading di bidang meteorologi. Pada 1968, World Meteorological Organization (WMO) sudah menunjuk JMA sebagai Regional Specialized Meteorological Centre (RSMC) untuk wilayah Asia.

Kehadiran Satelit Himawari yang kini sudah berkembang hingga seri 8/9 ini tentu menguatkan eksistensi JMA. Keberadaan Satelit Himawari digunakan untuk mendukung proses kerja Global Observing System WMO yang mendorong pemanfaatan data meteorologi secara global.

Jadi, Satelit Himawari dapat menyajikan data meteorologinya dengan optimal bukan hanya untuk Jepang. Namun, produknya menampilkan citra untuk wilayah-wilayah lain, termasuk Indonesia.

Sejarah dan Perkembangan Satelit Himawari

Meskipun dioperasikan oleh JMA, tapi pembuat Satelit Himawari pertama adalah Hughes Space and Communications Company (HSC). Perusahaan industri ruang angkasa yang berbasis di California (kini sudah tidak beroperasi).

Sejak seri pertama, Satelit Himawari sudah dirancang untuk mengorbit dalam cakupan internasional. Tepatnya, menjangkau Pacific Basin (Cekungan pasifik) yang meliputi sejumlah negara di sekitar Samudera Pasifik dengan luas total 65 juta mil persegi.

Perkembangan Satelit Himawari
Area dalam cakupan pacific basin – Sumber: Researchgate

Berbagai negara yang ada dalam cakupan cekungan pasifik memanfaatkan citra yang Satelit Himawari sajikan. Mulai dari negara-negara  Asia Timur, Asia Tenggara, Australia, hingga Selandia Baru.

Seri pertama satelit ini, Himawari 1 meluncur pada 14 Juli 1977, sedangkan Himawari 9 (yang terakhir), meluncur pada 2 November 2016. Namun kini, yang masih beroperasi hanya Himawari 8 dan 9, sisanya sudah tidak aktif mengorbit.

Semua Satelit Himawari meluncur dari Jepang, kecuali Himawari pertama yang meluncur dari Amerika Serikat. Jepang memiliki kawasan khusus peluncuran roket yang bernama Tanegashima.

Secara ringkas, berikut sejarah peluncuran Satelit Himawari dari yang pertama hingga 9.

Satelit Tanggal Meluncur Status
Himawari-1 14 Juli 1977 Pensiun (30 Juni 1989)
Himawari-2 11 Agustus 1981 Pensiun (20 November 1987)
Himawari-3 3 Agustus 1984 Pensiun (23 Juni 1995)
Himawari-4 6 September 1989 Pensiun (24 Februari 2000)
Himawari-5 18 Maret 1995 Pensiun (21 Juli 2005)
Himawari-6 26 Februari 2005 Pensiun (4 Desember 2015)
Himawari-7 18 Februari 2006 Pensiun (10 Maret 2017)
Himawari-8 7 Oktober 2014 Beroperasi
Himawari-9 2 November 2016 Beroperasi

Sekarang, mari kita bahas secara sekilas mengenai Himawari 1 sampai 9!

Generasi Pertama (Satelit Himawari-1 sampai 5)

Seri 1-5 Himawari adalah bagian dari seri GMS (Geostationary Meteorological Satellite) Jepang. Semua satelit ini memiliki lokasi operasi 140 derajat bujur timur di orbit geostasioner.

Instrumen yang melekat dalam semua satelit seri GMS adalah VISSR (Visible Infrared Spin-Scan Radiometer). VISSR ini memberikan informasi berupa spektrum inframerah yang berasal dari puncak awan serta radiasi panas di permukaan Bumi.

Teknologi ini mampu membantu para ahli meteorologi melacak berbagai peristiwa cuaca seperti hujan lebat, topan, badai angin, hingga prediksi cuaca.

Saat itu, VISSR mampu mengirim dan mentransmisi gambar yang ditangkapnya setiap 25 menit sekali.

Namun, saat memasuki peluncuran Himawari-5, satelit membawa fungsi yang lebih canggih karena mampu menentukan distribusi uap air.

Generasi Kedua (Satelit Himawari-6 dan 7)

Kedua satelit ini bukan lagi termasuk dalam seri GMS, melainkan MTSat (Multifunction Transport Satellite).

Sesuai nama serinya, Himawari 6 dan 7 membawa fungsi ganda. Tidak hanya sebagai pemantau cuaca, melainkan sekaligus pendukung lalu lintas (transportasi udara). Tentu saja, dengan instrumen yang lebih canggih.

Himawari 6 atau disebut MTSaT 1R, mampu mengamati distribusi awan dan uap, suhu permukaan laut, informasi topan,  hingga gerakan  awan angin. Selain itu, dapat membantu navigasi dan komunikasi pesawat yang mengudara.

Khusus untuk tujuan komunikasi, Himawari-6 bisa mendukung komunikasi suara dan digital kualitas tinggi pada frekuensi L, Ku, dan Ka sekaligus.

Sementara Himawari-7, hadir untuk memperluas fungsi Himawari-6. Misalnya dalam membantu operasional pesawat terbang, satelit yang punya nama lain MTSat-2 ini  mampu melacak dan mengontrol lalu lintas udara.

Meskipun cukup canggih, tapi kedua satelit ini berhenti beroperasi masing-masing pada tahun 2015 dan 2017 untuk digantikan satelit generasi selanjutnya.

Generasi Ketiga (Satelit Himawari-8 dan 9)

Rencana untuk kedua satelit ini sudah dimulai proyeknya pada tahun 2009. Meski secara realisasi, Himawari-8 baru mengorbit pada 2014, dan Himawari-9 pada 2016. Pengerjaannya Pemerintah Jepang percayakan kepada Melco (Mitsubishi Electronic Corporation).

Meskipun keduanya sudah sama-sama berada di orbit, tapi yang sudah benar-benar beroperasi baru Himawari-8. Adapun Himawari-9, sementara berperan sebagai satelit cadangan. Rencananya, kedua satelit akan bertukar peran pada 13 Desember 2022 ini.

Hal yang menarik dari kedua satelit ini adalah instrumen Advanced Himawari Imagery (AHI) yang canggih.

AHI merupakan perangkat pencitraan multiguna dengan berbagai fungsi berikut:

  • Pengamatan cuaca
  • Pemanfaatan data Numerical Weather Prediction (NWP)
  • Pemantauan lingkungan
  • Pelacakan awan, angin, dan uap air

Secara teknologi, AHI milik Himawari ini setara dengan GOES-R (Geostationary Operational Environmental Satellite-R) yang NASA kembangkan.

Instrumen pendukung kedua satelit ini juga tidak kalah powerfull. Ada SEDA (Space Environment Data Acquisition Monitor) yang berfungsi mengukur radiasi dan DDC (Data Collection Subsystem) yang dapat mengamati dan mengumpulkan data dari permukaan tanah hingga laut.

Dengan sejumlah instrumennya, Himawari seri paling mutakhir ini juga mampu membantu mitigasi bencana seperti gempa bumi atau kebakaran hutan. Satelit ini mampu membantu menemukan titik-titik panas di Bumi yang berpotensi menciptakan kebakaran.

Selain itu, berkat kecanggihan yang Himawari terbaru ini bawa, manusia di Bumi bisa mendapatkan lebih banyak produk citra untuk mendapat lebih banyak data.

Cara Kerja Satelit Himawari

Secara umum, prinsip kerja Satelit Himawari mirip dengan berbagai satelit pencitraan lainnya yang bekerja untuk mengumpulkan data dalam bentuk gambar.

Pada Himawari-8 dan 9, instrumen utamanya adalah AHI. Cara kerja teknologi ini sebagai berikut:

Cara Kerja Satelit Himawari
Sumber: Japan Meteorology Agency
  1. Alat pencitra (imager) memindai Bumi dengan cara menggerakkan cermin yang ada pada satelit ke arah timur → barat.
  2. Satelit hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk dapat melakukan pemindaian pada area yang diamatinya (pacific basin).
  3. Cahaya yang cermin kumpulan dari proses pemindaian ini, lalu disebar lewat 16 pita gelombang.
  4. Detektor yang terdapat pada setiap pita gelombang mengubah cahaya menjadi sinyal listrik, lalu ditransmisikan ke stasiun Bumi.
  5. Japan Meteorology Agency adalah pihak yang mengoperasikan stasiun Bumi untuk Himawari 8 dan 9, termasuk melakukan pengamatan dan penelitian dengan basis data yang didapat.
  6. Data dari satelit ini juga diolah lagi menjadi sejumlah produk citra agar pemanfaatannya lebih mudah dan sesuai kebutuhan.

Kelebihan Satelit Himawari (Generasi Ketiga: 8-9)

Kelebihan Satelit Himawari

Sebagaimana sudah kami singgung, ada banyak negara yang memanfaatkan satelit buatan Jepang ini. Termasuk, Indonesia. Pemerintah Indonesia lewat BMKG selama ini menjadikan citra dari Satelit Himawari untuk mengamati cuaca, iklim, kualitas udara, hingga potensi bencana.

Hal itu tidak mengherankan, karena Satelit Himawari memiliki berbagai kelebihan berikut:

1. Waktu Pengumpulan Data yang Cepat

Untuk memindai citra area Jepang, Himawari hanya membutuhkan 2,5 menit. Sedangkan untuk menangkap citra di area yang ditargetkan secara keseluruhan (full disk), waktunya hanya 10 menit. Jadi, update datanya relatif cepat.

2. Akurasi Data Tinggi

Citra awan dari Himawari dapat disajikan dalam bentuk prediksi cuaca numerik yang akurat, sehingga mampu memprediksi suhu serta arah dan kecepatan angin pada bagian atas atmosfer.

3. Resolusi

Generasi ketiga Satelit Himawari mampu mendapatkan citra dengan resolusi yang lebih baik ketimbang generas-generasi sebelumnya. Baik resolusi temporal, spasial, maupun spektral.

4. Memiliki Banyak Produk

Dengan 16 kanal/pita frekuensi yang ada dalam teknologinya, satelit ini dapat mengolah datanya dalam berbagai produk. Pengembangnya bisa mengkombinasikan kanal-kanal yang tersebut menjadi sejumlah produk, tentu dengan variasi manfaat untuk masing-masing produknya.

Produk Satelit Himawari

Ada banyak produk citra Satelit Himawari yang dimanfaatkan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Republik Indonesia. Semuanya punya fungsi tersendiri dan dapat di akses dengan citra data yang live update dalam jangka waktu tertentu.

Sekarang, yuk kita berkenalan dengan beberapa produknya dan cara membaca citra satelit himawari secara ringkas dan sederhana!

1. Himawari-8 IR Enhanced

Himawari-8 IR Enhanced
sumber: BMKG

Citra infrared ini menampilkan suhu puncak awan yang sumbernya adalah pengamatan radiasi pada satelit. Produk ini mengklasifikasi datanya dengan bentuk warna berbeda untuk menunjukan pertumbuhan awan.

Area yang berwarna hitam menandakan bahwa daerah tersebut tidak ada pertumbuhan awan. Sedangkan area dengan warna cerah hingga merah, menandakan awan tumbuh signifikan dan memiliki potensi membentuk awan Cumulonimbus.

Lewat situs BMKG, Kamu juga bisa mengakses citra IR Enhanced ini khusus untuk area Jabodetabek.

2. Himawari-8 Rainfall Potential

Himawari-8 Rainfall Potential
Sumber: BMKG

Himawari-8 mampu menggunakan relasi suhu puncak awan dengan potensi tingkat curah hujan. Produk ini menyajikan datanya dalam empat kategori curah hujan dari ringan hingga sangat lebat.

Sebagai contoh, Kamu bisa melihat ada sejumlah area berwarna merah, yang menandakan bahwa potensi curah hujan tinggi ada di daerah tersebut.

3. Himawari-8 Geo Hotspot

Himawari-8 Geo Hotspot
Sumber: BMKG

Kebakaran hutan adalah isu bencana penting di Indonesia. Himawari-8 memiliki produk khusus yang dapat membantu mitigasi kebakaran hutan.

Jika terdapat titik panas dengan potensi kebakaran hutan, citra akan menampilkan warna merah. Untungnya saat citra geo hotspot di atas kami akses, tidak ada satupun area yang berwarna merah. Aman!

4. Himawari-8 Cloud Type

Himawari-8 Cloud Type
Sumber: BMKG

Sejak masih sekolah, Kamu mungkin sudah mengenal ada jenis-jenis awan. Dengan bantuan produk ini, Kamu dapat mengetahui jenis-jenis awan yang sedang eksis di langit tempat Kamu tinggal.

Warna hitam menandakan clear (tidak ada awan), hijau daun tanda sky fog (kabut), merah yang menjadi penanda cumulonimbus, dan lainnya. Semuanya dapat Kamu amati dengan mudah.

5. Himawari-8 Water Vapor Enhanced

Himawari-8 Water Vapor Enhanced
Sumber: BMKG

Produk ini menyajikan citra yang menunjukan tingkat kelembaban atmosfer. Mulai dari lapisan atas hingga menengah dengan sumber radiasi infrared.

Warna coklat menunjukan kondisi yang basah, sedangkan biru kondisinya kering. FYI, kelembaban udara ini adalah bahan bagi pembentukan awan, sehingga penting juga untuk lembaga meteorologi amati kondisinya.

6. Himawari-8 Convective Cloud

Himawari-8 Convective Cloud
Sumber:BMKG

Secara khusus, ada juga produk Himawari-8 yang mampu mengamati perkembangan awan konvektif. Jika Kamu mengamati dari Bumi, penampakan awan ini berwarna abu gelap pada bagian bawah dan cerah pada sisi yang berhadapan dengan matahari.

Jenis awan ini penting untuk dipantau karena dapat memicu potensi angin kencang di kawasan yang dilaluinya. Titik-titik berwarna merah, menandakan potensi adanya awan konvektif.

Selain keenam produk di atas, masih ada sejumlah produk lain yang dapat di akses dengan mudah. Selanjutnya, kami akan memberitahu cara mengaksesnya!

Cara Menggunakan Produk Satelit Himawari

Satelit Himawari tergolong satelit buatan yang aksesnya terbuka untuk publik. Siapapun dapat memanfaatkan berbagai produk dari data-datanya. Termasuk, Kamu yang merupakan bagian dari masyarakat Indonesia.

Kalau Kamu tertarik untuk mencoba menggunakan produk Satelit Himawari live, ikuti langkah berikut ini!

Cara Menggunakan Produk Satelit Himawari di PC

Karena citra satelit ini dimanfaatkan oleh BMKG, maka Kamu juga bisa mengakses di situs resminya. Berikut cara akses Satelit Himawari BMKG!

  1. Buka situs resmi BMKG di halaman ini: https://www.bmkg.go.id/
  2. Pada situs resminya, Kamu bisa masuk ke menu cuaca, lalu temukan sub-menu citra satelit sebagaimana petunjuk pada gambar berikut (tanda merah).

  1. Selanjutnya, Kamu akan menemukan sejumlah produk citra Satelit Himawari.

  1. Ketika masuk ke halaman produk yang Kamu pilih, akan muncul box berisi citra yang Himawari hasilkan. Kamu dapat mengatur area atau kawasan yang ingin Kamu lihat dan amati citranya.

Selain dari situs BMKG, Kamu juga bisa mengakses datanya langsung di situs resmi Japan Meteorological Agency (JMA) berbahasa Inggris di link berikut ini: https://www.data.jma.go.jp/mscweb/data/himawari/

Cara Menggunakan Produk Satelit Himawari di Ponsel

Ada sejumlah aplikasi yang pengembang kembangkan secara khusus sebagai penampil citra satelit ini. Salah satu aplikasi yang punya rating pengguna bagus adalah Live Himawari Satellite Image dari Bright Rainbow.

Untuk mengaksesnya, langkahnya sebagai berikut:

  1. Download aplikasinya di link ini: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rahul.himawarisatellite
  2. Buka aplikasinya, lalu setting lokasi yang ingin Kamu amati berikut produk citra yang ingin Kamu lihat.

  1. Jika Kamu membutuhkan gambarnya, tersedia juga opsi download.

Infografis dan Kesimpulan

Infografis Satelit Himawari

Dari serangkaian pembahasan yang kami bagikan, setidaknya ada beberapa kesimpulan yang dapat di garis bawahi:

  • Satelit Himawari adalah satelit yang beroperasi di Jepang, namun manfaatnya dapat diakses oleh negara-negara lain termasuk Indonesia.
  • Kecanggihan teknologi satelit ini membuatnya mampu menyajikan berbagai jenis citra yang manusia butuhkan.
  • Jangkauan manfaat Satelit Himawari sangat luas (banyak).
  • Cara mengakses data dari citra satelit mudah dan praktis, baik bagi pengguna PC maupun ponsel.

Bagaimana, apakah informasi Satelit Himawari yang kami berikan bermanfaat untuk Kamu semua? Jika iya, Kamu juga dapat membagikannya kepada orang-orang terdekat!

Baca Juga!

Leave a Comment

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru