Satelit Militer: Sejarah, Fungsi, dan Masa Depannya

mengenal satelit militer

Hingga akhir zaman, perang mungkin tak akan berakhir. Untuk alasan ini, sejumlah negara menaruh atensi terhadap satelit militer. Kami akan mengulas teknologi satelit ini untuk Kamu semua!

Pada zaman dahulu, masyarakat membuat teknologi militer tradisional dengan ketapel, tombak, pedang, hingga bambu runcing. Kini, dunia militer semakin maju. Negara-negara dengan perhatian serius terhadap masalah keamanan, berlomba-lomba membangun sistem satelit untuk memperkuat teknologi kemiliteran meraka.

Peran satelit yang penting dalam menunjang keamanan, membuat sejumlah negara tidak ragu melakukan ‘investasi’ untuk terus menyempurnakan infrastruktur satelit militernya.

Kini, kami akan mengajak Kamu untuk mengenal lebih jauh teknologi mutakhir ini, meliputi pembahasan:

  • Pengertian
  • Sejarah
  • Fungsi
  • Teknologi satelit militer di berbagai negara
  • Masa depan satelit militer

Pengertian Satelit Militer

Apa satelit militer? Karena topiknya terdiri dari dua kata, maka kita definisikan dulu masing-masing kata tersebut.

Satelit adalah ‘benda langit yang mengorbit di sekitar Bumi dengan berbagai tujuan dan kepentingan’. Sedangkan militer adalah ‘sesuatu yang berhubungan dengan angkatan bersenjata suatu negara. Meliputi tentara, senjata, maupun peperangan.’

Jadi, ringkasnya satelit militer adalah ‘satelit yang manusia rancang untuk mengorbit dengan tujuan atau aplikasi di bidang kemiliteran’.

Pengertian Satelit Militer

Dengan definisi ini, itu artinya, satelit militer memiliki fungsi yang sangat luas. Mulai yang secara teknis berfungsi untuk navigasi, komunikasi, atau lainnya, selama satelit diaplikasikan untuk tujuan militer, satelit itu dapat disebut satelit militer.

Bahkan, kalau kita menelisik sejarah dari berbagai jenis teknologi satelit buatan untuk sipil, kebanyakan aplikasinya bermula untuk kepentingan kemiliteran. Baik untuk memperkuat tentara, mendukung persenjataan, maupun bagian dari misi perang.

Sejarah Satelit Militer

Kamu pasti tahu tentang GPS (Global Positioning System) kan? Teknologi super canggih yang tersemat dalam ponsel Kamu, secara fungsi memang membantu navigasi sehari-hari.  Tapi, dalam sejarahnya menurut NASA, GPS diciptakan pertama kali untuk kepentingan militer.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat adalah lembaga yang memulai proyek satelit GPS pada 1973. Mulanya, pemanfaatannya benar-benar hanya terbatas untuk kepentingan militer. Masyarakat sipil baru bisa menikmati teknologi GPS pada 1980-an, itu pun dengan tingkat akurasi yang sengaja dikurangi.

Hanya saja,  GPS sebenarnya bukan satelit pertama yang secara formal ditujukan untuk urusan teknologi kemiliteran Amerika Serikat.

Dalam catatan Milsat Magazine, satelit militer yang pertama adalah Discoverer 1, yang mengorbit dengan misi pengintaian. Satelit kemiliteran milik Amerika tersebut merupakan proyek Advanced Research Projects Agency Departemen Pertahanan AS.

Sejarah Satelit Militer

Satelit tersebut membawa sistem fotografi agar dapat memotret wilayah Uni Soviet dan China ketika melintasi dua negara tersebut.

FYI, sejak 1947, Amerika Serikat sebagai blok barat (Kapitalis) terlibat dalam Perang Dingin dengan Uni Soviet (Komunis).

Hanya, meski secara  formal AS tercatat sebagai yang pertama mengorbitkan satelit, sebenarnya Sputnik 1 juga secara tidak langsung memberikan efek di dunia kemiliteran.

Satelit buatan pertama milik Uni Soviet tersebut memang membawa misi observasi dan penelitian. Namun, Sputnik 1 membuat militer Amerika Serikat khawatir dan merasa tertinggal dalam teknologi. Tidak heran, sejak itu AS ikut berlomba menerbangkan satelit sebagai wujud unjuk ‘kehebatan’ selama Perang Dingin.

Bahkan, persaingan antar kedua negara tersebut belum berhenti meski Perang Dingin sudah berakhir pada 1990. AS kini masih ‘adu balap’ dengan Rusia sebagai negara yang kini mewarisi hampir seluruh wilayah bekas Uni Soviet. Data dari World Atlas, AS kini memiliki 123 satelit kemiliteran, sedangkan Rusia 74.

Namun dalam perkembangannya, kini satelit militer tidak lagi didominasi oleh kedua negara tersebut. Ada berbagai negara yang mengembangkan proyek-proyek serupa, yakni membangun konstelasi satelit militernya di orbit. Sebut saja China, Perancis, Jepang, Italia, atau India.

Jenis dan Fungsi Satelit Militer

Setiap negara yang peduli dengan kepentingan militernya, sebisa mungkin mereka akan memaksimalkan fungsi dari teknologi yang mereka kuasai. Hal ini berlaku juga bagi negara-negara yang punya penguasaan terhadap teknologi satelit.

Dalam prakteknya, berbagai jenis satelit militer umumnya dioptimalkan untuk  empat fungsi utama: komunikasi, navigasi, pengintaian, dan pendeteksi ancaman. Mari kita membahasnya satu per-satu.

1. Komunikasi (Satelit Komunikasi Militer)

satelit komunikasi militer

Kehidupan militer berbeda dengan kehidupan sipil. Kerahasiaan adalah hal yang perlu dijaga oleh masing-masing militer di setiap negara. Faktanya, komunikasi adalah salah satu kegiatan yang potensial menjadi jalur kebocoran informasi.

Dengan membangun sistem satelit komunikasi khusus untuk militer, negara tidak bergantung pada teknologi negara lain. Jadi, pihak satu-satunya yang memiliki akses terhadap isi komunikasi hanya negara itu sendiri. Satelit akan membantu negara bertukar informasi rahasia yang berbahaya jika diketahui musuh.

Selain untuk alasan kerahasiaan, komunikasi lewat satelit juga memiliki kelebihan berupa coverage yang lebih luas.

Dengan BTS yang berada di angkasa, lalu lintas komunikasi dapat dilakukan di manapun, termasuk di daerah terpencil dan jauh dari keramaian. Ini tentunya menunjang aktivitas militer yang seringkali mengharuskan pasukan untuk turun ke wilayah-wilayah semacam ini.

2. Navigasi (Satelit Navigasi Militer)

satelit navigasi militer

Saat situasi perang, navigasi sebagai alat pemandu arah dan pelacakan objek sangatlah penting.

Jika sebuah negara tidak punya sistem satelit navigasi yang mandiri, ia bisa kelabakan saat perang berlangsung. Apalagi, jika sebelumnya negara tersebut menggunakan sistem navigasi milik negara yang menjadi musuhnya. Bahaya, kan?

Maka tidak mengherankan jika banyak negara membangun konstelasi satelit navigasi sendiri untuk kepentingan ini. Bahkan, semua sistem satelit navigasi (SatNav) dalam kategori GNSS (Global Navigation Satellite System), difungsikan sedari awal untuk tujuan militer, meski pada akhirnya dibuka juga untuk sipil.

Selain GPS, GLONASS milik Rusia, Galileo milik Uni Eropa, atau Beidou milik China, semuanya eksis untuk memenuhi kebutuhan militer. Raksasa-raksasa dunia ini tentu memahami pentingnya kemandirian navigasi saat situasi perang terjadi.

3. Pengintaian (Satelit Mata-Mata)

satelit pengintai

Sejak dulu, fungsi mata-mata dalam peperangan memainkan peranan penting. Secara tradisional, upaya ini dilakukan dengan mengirimkan orang untuk mengumpulkan informasi dari musuh yang dapat dimanfaatkan.

Namun, berkat adanya teknologi satelit buatan, proses pengintaian dapat negara lakukan tanpa mengorbankan ‘orang’. Mereka cukup membuat dan mengorbitkan satelit ke udara untuk mengoleksi informasi dari lawan politiknya. Terutama, tentang hal-hal strategis yang menyangkut keamanan negara.

Berbeda dengan satelit navigasi yang fungsi dan aksesnya mungkin bersifat ganda (kemiliteran dan sipil), satelit pengintai umumnya benar-benar bersifat rahasia.

4. Peringatan (Satelit Pendeteksi Bahaya)

Satelit Pendeteksi Bahaya

Sebagai bentuk perhatian terhadap pertahanan dalam negeri, beberapa negara membangun satelit untuk menangkap sinyal bahaya. Misalnya, bahaya dari serangan nuklir peluncuran rudal balistik dari negara lain ke wilayahnya.

Satelit akan membantu mendeteksi ancaman dari orbit lalu menginformasikannya ke Bumi. Dengan demikian, negara dengan kepemilikan satelit ini lebih mungkin untuk melakukan berbagai langkah preventif dalam menangkal ancaman.

Aplikasi dan Perkembangan Satelit Militer di Berbagai Negara

Dengan fungsinya yang strategis, banyak negara yang berusaha membangun satelit militer. Namun karena sumber daya, kepentingan, dan penguasaan teknologi yang berbeda, tingkat keseriusan dan variasi program satelitnya juga berbeda-beda.

Data 2018, ada ratusan satelit yang mengorbit di angkasa dan dioperasikan oleh berbagai negara. Berikut tabelnya:

No Negara Jumlah Satelit
1. Amerika Serikat 74
2. Rusia 68
3. Republik Rakyat China 8
4. Prancis 8
5. Israel 7
6. India 7
7. Inggris (United Kingdom) 7
8. Jerman 7
9. Italia 6
10. Jepang 4

Sekarang, kita coba ‘intip’ perkembangan satelit militer di berbagai negara. Termasuk, di negeri kita tercinta: Indonesia.

1. Amerika Serikat

Sejauh ini, Amerika Serikat adalah yang terdepan dalam mengembangkan satelit militer. Selain unggul dalam total kepemilikan satelitnya, AS juga adalah negara yang punya satelit mata-mata paling banyak di dunia.

Pada bulan Juli 2022, AS baru saja menerbangkan kembali 2 satelit. Pertama,  Satelit Wide Field of View (WFOV) yang berfungsi mengawasi pelacak rudal dengan sistem deteksi luar angkasa untuk peningkatan keamanan. Kedua, USSF-12 Ring yang tujuan penggunaannya menjadi rahasia publik.

Ilustrasi USSF-12
Ilustrasi USSF-12 – sumber: eoportal

Mereka juga masih terus mengembangkan satelit GPS yang fungsinya bukan hanya untuk sipil, namun juga untuk memperkuat teknologi kemiliteran mereka.

2. China

Meski satelit militernya belum sebanyak AS, tapi perkembangan teknologi satelit di China tergolong paling cepat. Dalam rentang 2019-2021, mereka tercatat mengorbitkan hingga 499 satelit. Termasuk, untuk misi militer.

Salah satu satelit militer China canggih yang menjadi momok bagi AS adalah Beijing-3. Satelit yang meluncur pada Juni 2021 ini kabarnya mampu menangkap gambar kota-kota di AS dengan resolusi tinggi dalam hitungan detik. Termasuk, mengidentifikasi militer dan senjata.

Ilustrasi resolusi gambar dari Beijing-3
Ilustrasi resolusi gambar dari Beijing-3 – sumber: NY Post

Bahkan menurut klaim pengembangnnya, teknologi Beijing-3 tidak bisa AS tandingi.

3. Rusia

Rusia bukan hanya mewarisi sejumlah sistem satelit militer yang dulu dibangun oleh Uni Soviet. Lebih dari itu, mereka juga masih secara serius untuk mengembangkan teknologinya.

Salah satu sistem satelit militer Rusia yang populer adalah satelit seri Tundra. Salah satu kecanggihannya adalah kemampuan deteksi terhadap potensi serangan rudal balistik ke daerah Moskow yang menjadi basis pertahanan Rusia. Mereka meluncurkan satelit dalam seri Tundra-nya yang keenam pada 2022.

Ilustrasi satellite Tundra 6
Ilustrasi satellite Tundra 6 – sumber: everyday astranaut

4. Iran

Iran merupakan salah satu negeri muslim yang cukup diperhitungkan dalam konstelasi politik internasional. Salah satu buktinya, mereka mampu mengembangkan satelit militer canggih secara mandiri.

Pada Mei 2022, satelit militer Iran yang bernama Noor-2 sempat menghebohkan publik saat mampu menangkap gambar pangkalan militer AS. Tepatnya, yang berada di Manama, Bahrain. Secara fungsi, satelit ini Iran gunakan untuk mendeteksi pangkalan, markas, dan ancaman militer musuh.

Tangkapan Satelit Iran untuk Pangkalan Militer AS
Tangkapan Satelit Iran untuk Pangkalan Militer AS – Sumber:Mehr

5. Jepang

Jepang identik sebagai negara yang maju dalam teknologi. Namun tampaknya, dalam ranah satelit militer mereka tidak terlalu serius menaruh perhatian.

Mereka baru meluncurkan satelit militer pertamanya yang bernama The Kirameki-2 pada tahun 2017. Secara khusus, satelit ini membawa fungsi memantau Laut Cina Timur dan menangkap deteksi bahaya serangan rudal dari Korea Utara.

Suasana peluncuran The Kirameki-2
Suasana peluncuran The Kirameki-2 – sumber: Voa News

6. Prancis

Dari sekian banyak negara di Benua Eropa, Prancis termasuk yang ada di depan dalam teknologi satelit militernya.

Terbaru, mereka meluncurkan satelit Syracuse 4A dan 4B. Satelit ini mereka fungsikan untuk mendukung proses komunikasi antar pasukannya di seluruh dunia sehingga lebih cepat dan aman. Selain itu, satelit juga dapat mencegah ancaman militer baik dari darat maupun luar angkasa.

Gambar Syracuse 4a
Gambar Syracuse 4a – sumber: Frontera Espacial

7. Indonesia

Satelit militer Indonesia saat ini memang belum ada. Namun, negeri ini pernah hampir memilikinya.

Pada tahun 2015, Indonesia sempat punya rencana mengirim satelit komunikasi militer ke slot Orbit 123 yang merupakan pemberian dari International Telecommunication Union (ITU).

Pemerintah bahkan sudah bekerjasama dengan Avanti Communication Limited (Perusahaan penyewaan satelit asal Inggris) dan Navayo (Operator satelit yang beroperasi dari Liechtenstein).

Sayangnya, proyek ini gagal karena diduga ada praktik korupsi dalam proses eksekusinya. Hingga kini, kasusnya masih belum selesai.

Wacana-wacana untuk kembali membuat proyek satelit pertahanan Indonesia ini kini masih bergulir dan mendapat ekspos media. Mudah-mudahan sih, wacananya segera berubah jadi rencana, lalu mewujud jadi nyata!

Masa Depan Satelit Militer Dunia

Masa Depan Satelit Militer Dunia

Kamu yang punya minat terhadap wawasan teknologi mutakhir tentu punya pertanyaan ini: bagaimana satelit militer di masa depan?

Untuk menjawabnya, kami punya beberapa poin yang mungkin dapat memuaskan rasa ingin tahu Kamu.

  • China mungkin menjadi ancaman paling serius AS dalam teknologi Milsat. Mereka sangat ambisius dengan proyek satelitnya. Anggaran yang mereka siapkan untuk berbagai proyek satelitnya pada rentang 2026-2030 15,6 miliar yuan (lebih dari $2 miliar USD).
  • Januari 2022, China menunjukan kecanggihan satelitnya yang bernama Shijian-21. Satelit ini mereka pasangkan lengan robot yang mampu memindahkan satelit mati milik mereka ke orbit lain. Mungkin saja, teknologi ini akan mereka kembangkan untuk misi militer.
  • Babak baru yang ‘mengerikan’ bisa saja terjadi jika satelit militer mampu membawa senjata sendiri. Amerika Serikat sudah punya rencana ini. Pada tahun 2023, mereka berniat mengembangkan satelit dengan senjata energi terarah seperti laser.
  • Para ahli strategi memprediksi bahwa perang-perang masa depan akan menargetkan satelit militer sebagai target penghancuran awal. Tentu, ini berkaitan dengan fungsi satelit militer yang semakin strategis bagi pertahanan negara.
  • Kecanggihan satelit militer akan berjalan beriringan dengan perkembangan anti-satelit Anti-satellite weapons (ASAT). Kabarnya, sejumlah negara seperti AS, Rusia, Cina, dan India sudah memiliki alat ini dan mungkin akan terus melakukan pengembangan.

Sebagian prediksi yang kami dapatkan dari sejumlah sumber tersebut mungkin sedikit tampak menyeramkan.

Namun hal yang perlu Kamu ketahui untuk sampai pada terjadinya peperangan secara real, masing-masing negara pasti punya banyak pertimbangan. Mulai dari anggaran, resiko, dampak, dan lainnya.

Jadi, meskipun sejumlah negara punya teknologi mumpuni untuk berperang dengan dukungan satelit militernya, mereka tidak serta merta akan langsung berperang.

Infografis dan Kesimpulan

Infografis satelit militer

Demikianlah informasi yang dapat kami sajikan. Ada beberapa kesimpulan penting yang mungkin penting untuk Kamu garis bawahi dalam pembahasan kami:

  • Satelit militer adalah jenis satelit yang merujuk pada tujuan (tujuan kemiliteran), bukan pada fungsi. Jadi, dalam tataran praktis, satelit militer punya beragam fungsi, seperti navigasi dan komunikasi.
  • Sejak kemunculannya, satelit militer lebih banyak berfungsi sebagai alat untuk menjaga pertahanan dan keamanan yang sifatnya mendukung (tidak menjadi senjata langsung).
  • Setiap negara yang mengembangkan teknologi satelit jenis ini menginginkan kemandirian dalam membangun infrastruktur militernya.
  • Saat ini, AS, Rusia, dan China menjadi yang terdepan dalam teknologi satelit ini.
  • Masa depan menawarkan gambaran teknologi yang semakin canggih.

Tentu saja, kita berharap kelak Indonesia juga memiliki satelit militer. Bagaimanapun konstelasi dunia politik internasional tidak berjalan statis, melainkan dinamis. Dengan dukungan satelit militer, pastinya Indonesia akan lebih siap dalam

Baca Juga!

Leave a Comment

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru